Dian, Senyummu memang menawan (Bagian 1)

 



Dengan langkah tergesa-gesa aku menuju ruang teori di fakultasku. Sepertinya aku terlambat masuk kelas. Dengan sedikit rasa takut aku mengetuk pintu. "Silahkan masuk" perintah pak Budi dosenku. "Mohon maaf pak, saya terlambat, tadi sepeda motor saya bocor di jalan" kataku. "Iya, tidak apa-apa, silahkan duduk dan segera bersiap mengikuti perkuliahan hari ini. Pak Budi memang dosen yang baik. Ia mengajar mata kuliah biokimia. Aku terpaksa duduk di kursi depan. Seperti biasanya, deretan kursi belakang sudah penuh terisi. Maklum saja, kalau duduk di depan banyak ditanya-tanya oleh dosen tentang materi. Namun, suprise, ternyata ada Dian adik kelasku yang sudah lama ku taksir duduk di deretan kursi depan. Kebetulan kursi disampingnya masih kosong. Langsung saja aku menuju ke kursi disamping Dian. "Boleh aku duduk disini Dian?" tanyaku. "Boleh saja mas Burhan, malah aku seneng kok kamu duduk dekat aku" jawab Dian senyum sambil sedikit menggodaku. "Ah, kamu bisa saja, aku jadi mau" jawabku sambil setengah bercanda. "Mau apa nih?" kata Dian menanggapi godaanku. Aku tidak menjawabnya. Selanjutnya kami konsentrasi mengikuti perkuliahan hari itu.

Bersambung

Posting Komentar

0 Komentar