Saya melihat sekilas ke dalam rumah. di dalam rumah tampak ibu Vina sedang menjahit masker kain anti Corona. "Ibu kamu menjahit sendiri ya Vin makser yang kamu jual keliling?" tanyaku. "Iya Mas Fahri, ibuku produksi sendiri masker kain yang dijual. Lumayan usaha kecil-kecilan, bisa untuk membantu menopang keluarga". "Terus ayahmu dimana sekarang" tanyaku penasaran. "Bapak kerja di Jakarta Mas jadi Security, maklum disini sulit mencari pekerjaan" jawab Vina. "Lha kamu punya saudara tidak?" tanyaku. "Aku punya adik satu mas, masih SD kelas 5" jawab Vina Lagi. "Eh, mas Fahri kok tanya-tanya terus, kayak sensus saja, diminum dulu dong teh hangatnya" Vina menawarkan. "Iya, maaf, soalnya aku ingin tahu keseharian kamu" jawabku berterus terang. "Ya ingin tahu, siapa tahu kita ada jodoh, iya kan?" jawabku sekenanya. "Ah, mas bisa saja, Aku jadi mau" jawab Vina sambil tersenyum menggoda. Deg, giliran aku yang salah tingkah. Padahal aku tadi cuma menggodanya, malah aku yang kena goda. "Ampun, deg degan ini" batinku.
Tiba-tiba ibu Vina ikut duduk disamping Vina. "Nak Fahri, boleh kan ibu ikut ngobrol" tanyanya. Boleh Ibu" jawabku. "Nak Fahri, kalau boleh Ibu tahu, Nak Fahri asalnya dari mana?". "Saya dari Sleman Ibu" jawabku. "Terus nak Fahri pekerjaannya apa sekarang?" tanyanya lagi. "Jadi guru Ibu" jawabku. "Sudah punya istri belum" tanya ibu Vina lagi. "belum ibu, lagi mencari yang cocok" jawabku. "Oh, berarti sama seperti Vina dong, ia juga baru menunggu jodoh" jawab ibu Vina sembari tersenyum memandang Vina. "Ah, ibu, jangan membuat Vina malu dong" jawab Vina tersipu-sipu. "Vina itu anaknya rajin lho nak, rajin beribadah dan pandai mengaji lagi" puji ibu Vina. "Ya bu, saya sudah melihatnya, memang beruntung banget yang bisa mendapatkan Vina" jawabku sembari memandang Vina. "Ah, mas Fahri bisa saja, akunya kan jadi mau" jawab Vina mulai menggoda lagi.
Bersambung
0 Komentar