Surat Dokter Reni Buat Orang Tua di Kampung (Bagian 1 sampai tamat)




Aku adalah seorang gadis yang ceria. Aku bekerja sebagai dokter di Kota Bandung. Usiaku masih muda. Sekitar 23 tahun. Hari ini Aku sedang duduk melamun di rumah dinasnku. "Hey, Reni, baru mikiran apa sih, kelihatannya sedih benar?" tanya dokter Dina, sahabatnya, "Iya ini mbak Dina, aku sedang sedih, kelihatannya tahun ini aku tidak bisa mudik deh, soalnya sekarang kan baru ada wabah penyakit, jadi kemungkinan besar dilarang pulang" jawabku."Oh, itu yang membuat hatimu sedih, memang kenapa sih, kamu sedih banget?" tanya dokter Dina lagi. "Aku kan sudah kangen banget sama kedua orangtuaku, dan kabarnya Mas Andi mau ta'aruf dan mengkhitbahku" jawabku menjelaskan. "Oh, Mas Andi ya" jawab dokter Dina menggodaku. "Apa sih" jawabku sedikit cemberut dan pura-pura marah. "Biar kamu tidak sedih, aku kasih saran ya, tulislah surat buat kedua orangtuamu, sampaikan apa yang terjadi supaya mereka tidak khawatir dan sedih" saran dokter Dina. "Terimakasih ya mbak Dina atas sarannya, kamu memang sahabatku yang terbaik" jawabku lega. Aku gembira dan tersenyum setelah mendapatkan solusi atas permasalahanku. "Sama-sama Adiku Reny yang cantik" jawab dokter Dina. Dokter Dina memang sudah seperti kakakku sendiri. Dia lebih tua dariku. Kami berselisih umur 2 tahun. "Memang siapa sih Mas Andi itu, apa pekerjaannya?" tanya dokter Dina penasaran "Mas Andi adalah temanku waktu SMA dulu dan Ia sering main kerumahku di kampung dulu, sekarang kabarnya ia juga bekerja sebagai dokter, sama seperti kita" jawabku menjelaskan. "Ciye-ciye, yang mau dapat jodoh seorang dokter" goda dokter Dina. "Ah, jangan di goda dong mbak, Aku kan jadi malu" jawabku tersipu-sipu. 

Malam ini sunyi sekali di rumah dinas. Kebetulan tadi aku mendapat shift pagi. Sehingga malamnya aku dapat beristirahat di rumah. "Nak Reni, mau aku buatkan teh dan aku bawakan cemilan" tanya Mbok Inem pembantuku yang sudah seperti keluargaku sendiri membuyarkan lamunanku. "Iya boleh Mbok, terimakasih ya" jawabku dengan sopan. "Ya nak, tunggu sebentar ya Mbok siapin" jawabnya dan bergegas ke dapur. Tidak berapa lama kemudian jahe susu hangat dan juga pisang goreng kesukaanku sudah siap untuk disantap. "Ini Nak, silahkan dinikmati" kata Mbok Inem dengan sopan. "Terimakasih banyak ya Mbok, udah mau repot-repot menyiapkan minman hangat dan cemilan" kataku. "Tidak apa-apa Nak, memang sudah tugas saya itu" jawab Mbok Inem. "Permisi ya Nak, kalau ada perlu silahkan panggil saya" pamit Mbok Inem. "Ya Mbok kalau ada perlu nanti saya panggil" jawabku dengan sopan.

Aku teringat dengan saran mbak Dina, tadi sore sepulang bertugas dari Rumah Sakit. Setelah menyeruput jahe susu hangat aku kemudian mengambil pulpen dan mulai menulis surat untuk Ayah dan Ibuku di kampung.

Kepada 

Bapak dan Ibu

Di Jogja

Assalamualaikum wr. wb.

Bapak dan Ibu apa kabar? Semoga Bapak dan Ibu, serta adiku yang cantik Ima selalu sehat di sana dan tidak kekurangan suatu apapun. Alhamdulillah Reny di sini baik-baik saja. Oh ya, bapak dan Ibu, lewat surat ini ada yang ingin Reny sampaikan. Reny ingin sekali mudik seperti biasanya seperti tahun-tahun kemarin. Namun seperti yang Bapak dan Ibu ketahui, bahwa saat ini sedang ada wabah penyakit dimana-mana. Dan untuk mencegah penularannya maka untuk saat ini Reny tidak bisa mudik. Reny sebagai seorang dokter harus ikut berjuang bahu membahu dengan dokter, perawat, dan seluruh stake holder supaya wabah penyakit ini cepat berlalu.

Bapak dan Ibu, harap bersabar ya, Insyaaloh nanti di Bulan Desember Reny ada libur pengganti sehingga Reny bisa mudik menjenguk Bapak, Ibu serta adiku Ima yang cantik. Lewat surat ini Reny juga ingin memberitahu Bapak dan Ibu bahwa Reny ada sedikit uang yang saya kirimkan lewat kantor pos. Mohon di ambil ya. Bapak Ibu bisa menggunakan uangnya untuk sekedar membeli makanan dan minuman buat berbuka puasa. Tolong Ima dibelikan baju baru ya soalnya bajunya sudah usang, saya kasihan melihatnya. Biar dia kembali ceria. Belinya lewat online saja biar aman.

Oh ya, nanti jika Mas Andi benar-benar jadi ke rumah, tolong sampaikan ya permintaan maaf saya, karena saat ini keadaan yang memaksa saya sehingga saya tidak bisa ikut menemuinya. Pada intinya saya akan mengikuti keputusan orangtua. Jika menurut Bapak dan Ibu Mas Andi yang terbaik untuk saya, Insyaaloh Reni akan menerimanya dengan riang gembira dan senang di hati. Namun jika Bapak dan Ibu berpandangan bahwa Mas Andi tidak baik untuk saya, Reni akan menerimanya dengan ikhlas tanpa kekecewaan.

Demikian dulu ya Bapak dan Ibu, Saya doakan Bapak dan Ibu selalu sehat dan tidak kurang suatu apapun.


Bandung, 10 April 2020
Hormat dan Bakti saya untuk Bapak dan Ibu


Reni

"Alhamdulilah, surat untuk Bapak dan Ibu telah selesai ku tulis" kataku dalam hati. Aku segera melipat kertas itu dengan rapi dan memasukkanya ke amplop. Rencananya besok akan aku kirim lewat Kantor Pos. Setelah menulis surat aku menjadi lapar. Kemudian aku mengambil sepotong pisang goreng yang ada di piring dan memakannya. Kemudian aku menyeruput jahe susunya sampai habis. Setelah itu tidak lupa menggosok gigi di kamar mandi kemudian aku tidur. Malam ini aku dapat tidur dengan tenang.

Seminggu kemudian pak pos datang. Ternyata ada kiriman surat dari kampung. Saya baca pengirimnya, ternyata Ima adikku. Setelah berberes sehabis pulang kerja, Aku segera membuka amplop surat di kamar. Aku membaca surat sambil duduk santai di kasurku yang empuk.

Halo Mbak Reny

di Bandung

Apa kabar

Assalamualaikum Wr. Wb.

Kak, terimakasih ya, sudah mengirimkan uang untuk membelikan baju untukku. Baju pilihan Ibu bagus banget, saya sangat menyukainya. Oh ya kak, Bapak serta Ibu titip salam buat Mbak Reny, semoga Mbak baik-baik saja di Bandung dan selalu sehat adannya. Bapak dan Ibu juga mengucapkan terimakasih atas kiriman uang dari kakak. Sangat membantu sekali di saat pandemi seperti sekarang ini.

Ima juga ingin bercerita, kemarin Mas Andi sama kedua orangtuanya jadi lho ke rumah. Karena Mas Andi dan keluarganya sudah mengenal Mbak sejak lama, mereka langsung menyatakan niat baiknya untuk melamar Mbak. Dan Ternyata Bapak dan Ibu setuju dengan lamaran ini. Tapi untuk detail acaranya menunggu Mbak pulang ke Jogja saat liburan. 

Mbak Reny, kamu tau nggak, Mas Andi itu ternyata orangnya ganteng banget, gagah dan tinggi tegap lagi. Dan ternyata, adiknya Mas Andi itu masih sebaya denganku. Namanya Amalia. Dia orangnya ramah, periang dan cantik seperti aku, he he he. Kita jadi sahabatan deh. Kemarin dia juga ikut pas Mas Andi bertamu ke rumah.

Ngomong-ngomong Bulan Desember kakak jadi bisa pulang liburan kan, saya berdoa semoga saat itu pandemi ini sudah berakhir, dan Kakak bisa secepatnya pulang ke rumah untuk menengok Kami.


Oh ya, itu dulu ceritaku ya kak, nanti ku sambung lagi. 

Salam sayang dan rindu buat Kakak


Adikmu yang cantik, Ima

Aku senyum-senyum sendiri membaca surat dari Ima. Dia memang orangnya polos dan suka bercanda, periang lagi, sama seperti sifatku. "Alhamdulilah, Mas Andi jadi mau melamar aku" semoga niat baik dari Mas Andi ini di ridhoi Allah SWT. Bulan Desember besok, Insyaalah kita akan bertemu.

Hari ini aku lelah sekali. Sudah hampir seharian aku menangani pasien. Maklum saja baru ada pandemi. Aku hampir bersiap untuk pulang karena jam kerjaku sudah selesai. Kebetulan aku mendapat shift pagi. Jadi sore hari sudah bisa pulang. Tapi sebelum aku pulang tiba-tiba Bapak Handoko,  Dokter spesialis paru-paru memanggilku. "Dokter Reni, tunggu, boleh saya berbicara sebentar?" Kata dokter Handoko memanggilku. "Iya Bapak, Ada apa ya?" tanyaku dengan sopan. "Ada tim dokter Rumah Sakit di Jogja ingin bertukar pikiran masalah penanganan pandemi, kamu yang mewakili ya, kamu kan salahsatu dokter terbaik disini" Kata dokter Handoko kepadaku. "Baik Bapak, kira-kira kapan waktunya" tanyaku lagi dengan sopan. "Sekarang, mereka sudah siap. Ini saya berikan kode meetingnya ya, kalian bisa bertukar wawasan lewat aplikasi Zoom" jawab dokter Handoko. "Baik Bapak" jawabku. Oh ya. hampir lupa, kami ajak dokter Dina juga ya, dia kan sama-sama berprestasi seperti kamu". "Baik Bapak, tapi apakah dokter Dina sudah diberi tahu perihal ini" jawabku. "Sudah" jawab dokter Handoko. "Oke, terimakasih ya, saya mau melanjutkan tugas. Kebetulan ada pasien yang harus segera saya tangani" kata dokter Handoko. "Siap Bapak, tetap semangat ya" kataku dengan sopan memberi semangat. "Siap" jawabnya pendek sambil tersenyum.

Tidak berapa lama kemudian rapat konsultasi dan sharing informasi pengalaman penanganan pandemi dimulai. Rumah sakit kami diwakili dua orang, Aku dan dokter Dina. Rumah sakit di Jogja di wakili oleh 3 orang, dokter Rio, dokter Ayu, dan dokter Andi. Salahsatunya adalah kepala rumah sakit di Jogja. Kami berdiskusi menggunakan aplikasi Zoom.

"dokter Reni, saya mendengar kabar bahwa banyak pasien yang anda tangani telah sembuh dari virus yang sedang menjadi pandemi ini, maukah anda share kepada kami tips-tipsnya agar pasien cepat sembuh" tanya dokter Rio. "Baik, dokter Rio. Ijinkan saya sedikit sharing. Kuncinya agar pasien cepat sembuh dari virus ini adalah pasien harus disiplin mengikuti semua anjuran dan perintah dari dokter, minum obat dan vitamin secara teratur, makan yang bergizi, dan jangan lupa, ini yang paling penting, jiwanya harus selalu sehat dan kuat, rajin-rajin beribadah selalu berdoa kepada Tuhan semoga cepat diberi kesembuhan. Dan jangan lupa selalu yakin akan sembuh, jangan patah semangat". Hal ini saya rasa dan saya yakin akan dapat meningkatkan imunitas dan daya tahan tubuh sehingga virus bisa kalah." jawabku dengan lancar. "Wah, super sekali dokter Reny, saya sangat salut dengan jawaban anda, sangat lugas dan sangat jelas" kata dokter Rio memujiku. "Terimakasih, dokter Rio, anda terlalu merendah" jawabku dengan  sopan. Namun jujur saja, aku bangga dengan apresiasinya.

Kemudian dokter Ayu bertanya kepada dokter Dina. "Dokter Dina, saya ingin bertanya, sebenarnya apa sih yang menyebabkan daya tahan tubuh seseorang itu menurun dan mudah terserang virus?" tanya dokter Ayu. Kali ini giliran dokter Dina yang menjawab. "Menurut pengalaman saya, seseorang akan rentan mudah terserang virus ini apabila usianya sudah tua kira-kira 70 tahun ke atas, apalagi jika diikuti dengan riwayat penyakit yang serius seperti penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi dan kanker" jawab dokter Dina dengan lancar. Maklum saja, dia adalah salahsatu dokter terbaik yang dimiliki rumah sakit kami. "Lalu bagaimana cara meningkatkan daya tahan tubuh?" dokter Ayu melanjutkan bertanya. "Untuk meningkatkan daya tahan tubuh bisa dengan cara mengkonsumsi makanan. minuman atau buah-buahan yang banyak mengandung vitamin yang diperlukan tubuh seperti Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, tidur dengan cukup, berjemur sebentar kira-kira 15 menit di waktu yang tepat, jangan sampai melebihi pukul 10, setidaknya dua hingga tiga kali seminggu dan jangan minum minuman beralkohol, dan jangan lupa rajin beribadah dan berdoa kepada Tuhan disamping merupakan kewajiban, hal ini dapat meningkatkan kesehatan jiwa, dapat mengobati rasa resah ataupun rasa cemas yang berlebihan" jawab dokter Dina. "Terimakasih dokter Dina sharing ilmunya, sangat bermanfaat dan menambah ilmu saya" kata dokter Ayu mengapresiasi jawabanku. "Sama-sama dokter" jawab dokter Dina.


"Dokter Reni dan dokter Dina, terimakasih sekali sudah berkenan sharing ilmu dengan kami dan tentu saja kami akan mengaplikasikan apa yang tadi Ibu dokter berdua sampaikan yang sekiranya cocok dengan karakteristik dan tipikal rumah sakit kami" dokter Andi berbicara panjang lebar. "Saya selaku kepala rumah sakit disini sangat berterimakasih sekali atas budi baik Ibu dokter sekalian yang telah rela bertukar pengalaman dan berbagi ilmu dengan kami" dokter Andi melanjutkan pembicaraannya. "Oh ya, adakah yang ingin dokter Reny ataupun dokter Dina tanyakan atau sampaikan kepada kami. Insyaalah kami akan berusaha menjawabnya sebaik mungkin" tanya dokter Andi. 



"Terimakasih dokter Andi atas kesempatan yang diberikan. Saya mendengar kabar bahwa di rumah sakit ini banyak pasien yang dinyatakan positif sakit bisa sembuh kembali dan saya dengar juga disaat rumah sakit lain tenaga medisnya ada yang mulai terpapar virus kemudian sakit dan bahkan ada yang meninggal, akan tetapi di rumah sakit ini tenaga medisnya baik dokter dan perawat sehat semua dan tidak kurang suatu apapun. Apa resepnya dokter, saya penasaran sekali ini" tanyaku dengan antusias. 

"Terimakasih dokter Reny atas pertanyaannya. Dirumah sakit ini banyak pasien yang bisa sembuh meskipun sudah dinyatakan positif terpapar virus kuncinya adalah kedisiplinan kami dalam merawat pasien sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah di tentukan. Kami juga mengedukasi pasien agar juga disiplin dengan terapi pengobatan yang diberikan dokter. Dan juga pasien harus makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup. Kemudian kami juga ada tim psikolog yang memberikan pendampingan kepada pasien menguatkan jiwa pasien, menghilangkan rasa cemas dan rasa khawatir yang berlebihan, membuatnya gembira, dan menimbulkan semangat dari dalam dirinya untuk sembuh, insyaaloh dengan adanya semangat untuk sembuh maka daya tahan tubuhnya akan meningkat, imunitasnya meningkat dan diujungnya virus akan kalah dan pasien akan sembuh dan menjadi pemenang dari pergulatannya dengan virus yang mematikan ini" jawab dokter Andi panjang lebar. Dalam hati saya bertanya-tanya kenapa saya seperti pernah mengenalnya. Dokter Andi tampak tampan. masih muda serta cerdas. Sungguh saya kagum sekali dibuatnya.

"Kemudian kenapa tenaga medis kami tetap sehat dan tidak jatuh sakit, hal itu karena kami melakukan pembagian shift dengan disiplin, kami tidak akan memaksakan tenaga medis kami bekerja overtime diluar batas daya tahan tubuhnya. Kami juga memastikan bahwa tenaga medis kami mendapatkan asupan makanan dan minuman yang cukup sehingga cukup energi  untuk melaksanakan tugas yang mulia ini. Kami juga selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan kesejahteraan yang layak kepada tenaga medis kami agar mereka dapat fokus dalam menangani pasien dan tidak terbebani dengan masalah diluar tugas pokoknya. Kami juga semaksimal mungkin menyediakan APD yang berkualitas dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Jangan sampai ada tenaga medis kami yang bekerja tanpa APD yang standar yang dapat membahayakan jiwa mereka", dokter Andi melanjutkan menerangkan.

"Dokter Reni, adakah yang ingin ditanyakan lagi" tanya dokter Andi. "Tidak, terimakasih sekali dokter, infonya sudah cukup jelas dan insyaalah akan menambah wawasan saya" jawabku dengan sopan. Karena sedang berbicara dengan kepala rumah sakit, maka aku berbicara dengan sedikit menunduk untuk menunjukkan rasa hormat. Jadi sejujurnya aku tidak begitu jelas memperhatikannya. Lagipula dengan meeting secara daring dengan aplikasi Zoom ini wajahnya kurang begitu jelas bagi saya. Aku teralu serius mencatat semua diskusi ini di Notebook saya sehingga tidak begitu memperhatikan wajah dokter Andi yang tersenyum ketika berbicara dengan saya.

"Dokter Reni, kalau begitu saya yang ingin bertanya kepada Anda, apakah dokter tidak mengenali saya. Adik saya Amalia sangat mengagumi profesi dan kecantikan anda, Ia melihat foto seorang dokter sedang merangkul adiknya Ima yang menjadi teman baik adik saya" tanya dokter Andi tiba-tiba mengagetkanku. Aku seperti ragu, apakah dokter Andi ini adalah Mas Andi teman saya sewaktu SMA dulu, soalnya sekarang wajahnya banyak berubah. Dahulu badannya gemuk dan berkulit sawo matang namun saat ini dokter Andi dihadapan saya badanya tegap dan berkulit putih bersih. Untuk menyakinkannya saya harus bertanya. "Maaf sebelumnya, apakah dokter ini nama lengkapnya adalah Andi Pratama yang dulu pernah bersekolah di SMA 1 Depok" tanyaku sedikit ragu. 

"Iya, aku Andi Pratama, yang kemarin melamarmu, masak kamu lupa dengan aku sih" jawab dokter Andi tertawa dan geli melihatku sedikit kebingungan. "Maafkan saya dokter, eh, Mas Andi, soalnya kita sudah lama tidak berjumpa" jawabku tersipu malu. "Ciye-ciye, jadi jawabannya apa nih, kalau aku sih Yes" mbak Dina menggodaku. "Dokter Andi, tahu tidak, dik Reny ini sering lho bercerita tentang Bapak, tentang masa-masa indah sewaktu di SMA dulu" lanjut dokter Dina menggoda dokter Andi. "Apa sih, aku kan jadi malu" jawab dokter Andi tersipu malu. Maklum, meskipun dokter Andi sudah menjadi kepala rumah sakit, namun usianya terhitung masih muda. Sehingga masih mudah terbawa suasana. "Oke, diskusi hari ini saya anggap cukup, dokter Roy dan dokter Ayu bisa melanjutkan tugas dan kepada dokter Reny dan dokter Dina terimakasih sekali sudah meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan kami dan semoga kita bisa bertemu lagi dalam waktu dan kesempaatn yang lebih baik" kata dokter Andi menutup diskusi dengan tegas dan lugas. "Baik dokter Andi, dokter Rio dan dokter Ayu, selamat bertugas, semoga kita bisa bertemu kembali, See you." jawabku.


"Aduh, hari ini rasanya capek sekali" batinku. Namun entah kenapa aku dari tadi senyum-senyum sendiri. Sejak ketemu Mas Andi, waalaupun hanya lewat maya, aku rasanya senang sekali. Aku tadi sempat bertukar nomor wa dengannya. "Ah, andai saja dia ngajak VC aku, tentu rasanya bahagia banget" aku berhayal. Tiba-tiba handphoneku berdering. Suprise. Ternyata Mas Andi ngajak aku Video Call lewat WA. "Halo Assalamualaikum, dik Reny, apa kabar" sapanya. "Walaikumsalam, Alhamdulilah, kabar baik mas" jawabku. "Ada apa Mas Andi meneleponku" tanyaku penasaran. "Oh ya, maaf mengganggu, ada yang ingin aku sampaikan ke kamu" jawabnya. "Ada apa mas emangnya, bikin penasaran saja" jawabku sedikit manja. "Tentunya kamu sudah tahu kan, kalau minggu kemarin orangtuaku datang melamarmu. Saya sudah dengar jawabannya dari kedua orang tuamu. Tapi aku ingin memastikan saja, apakah kamu serius mau menerima lamaranku" tanyanya agak khawatir. "Jawab tidak ya" jawabku mengoda Mas Andi. ""Harus dijawab dong, sudah penasaran ini? katanya. "Jujur mas, aku memang sudah menyerahkan keputusan kepada Bapak dan Ibu di kampung, akan tetapi sejujurnya aku juga suka sama Mas Andi, jadi aku menerima lamaran darimu." jawabku serius. "Oh, gitu ya, sebenarnya apa yang membuat kamu tertarik kepadaku kalau boleh tau" tanya Mas Andi. "Mas itu ganteng , badanya tegap, baik hati dan tidak sombong, sudah mapan lagi. semua kriteria calon suami idaman ada pada Mas Andi semua" jawabku menyanjungnya. "Biar semakin pede dia" batinku. "Ah, dik Reni, kamu membuatku serasa terbang ke awang-awang" jawab Mas Andi Ge ER. "Kalau Mas Andi, apa yang membuat tertarik kepadaku" tanyaku balik. "Kamu itu orangnya ramah, ceria, pandai bergaul, pintar lagi, pasti deh aku sangat bahagia banget jika bisa mendapatkan kamu" jawab Mas Andi. "Terimakasih Mas, aku sungguh tak menyangka sampai segitunya pendapat mas tentang aku" jawabku sedikit baper.



Selesai

Posting Komentar

0 Komentar