"Dokter Reni dan dokter Dina, terimakasih sekali sudah berkenan sharing ilmu dengan kami dan tentu saja kami akan mengaplikasikan apa yang tadi Ibu dokter berdua sampaikan yang sekiranya cocok dengan karakteristik dan tipikal rumah sakit kami" dokter Andi berbicara panjang lebar. "Saya selaku kepala rumah sakit disini sangat berterimakasih sekali atas budi baik Ibu dokter sekalian yang telah rela bertukar pengalaman dan berbagi ilmu dengan kami" dokter Andi melanjutkan pembicaraannya. "Oh ya, adakah yang ingin dokter Reny ataupun dokter Dina tanyakan atau sampaikan kepada kami. Insyaalah kami akan berusaha menjawabnya sebaik mungkin" tanya dokter Andi.
"Terimakasih dokter Andi atas kesempatan yang diberikan. Saya mendengar kabar bahwa di rumah sakit ini banyak pasien yang dinyatakan positif sakit bisa sembuh kembali dan saya dengar juga disaat rumah sakit lain tenaga medisnya ada yang mulai terpapar virus kemudian sakit dan bahkan ada yang meninggal, akan tetapi di rumah sakit ini tenaga medisnya baik dokter dan perawat sehat semua dan tidak kurang suatu apapun. Apa resepnya dokter, saya penasaran sekali ini" tanyaku dengan antusias.
"Terimakasih dokter Reny atas pertanyaannya. Dirumah sakit ini banyak pasien yang bisa sembuh meskipun sudah dinyatakan positif terpapar virus kuncinya adalah kedisiplinan kami dalam merawat pasien sesuai dengan protokol kesehatan yang sudah di tentukan. Kami juga mengedukasi pasien agar juga disiplin dengan terapi pengobatan yang diberikan dokter. Dan juga pasien harus makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup. Kemudian kami juga ada tim psikolog yang memberikan pendampingan kepada pasien menguatkan jiwa pasien, menghilangkan rasa cemas dan rasa khawatir yang berlebihan, membuatnya gembira, dan menimbulkan semangat dari dalam dirinya untuk sembuh, insyaaloh dengan adanya semangat untuk sembuh maka daya tahan tubuhnya akan meningkat, imunitasnya meningkat dan diujungnya virus akan kalah dan pasien akan sembuh dan menjadi pemenang dari pergulatannya dengan virus yang mematikan ini" jawab dokter Andi panjang lebar. Dalam hati saya bertanya-tanya kenapa saya seperti pernah mengenalnya. Dokter Andi tampak tampan. masih muda serta cerdas. Sungguh saya kagum sekali dibuatnya.
"Kemudian kenapa tenaga medis kami tetap sehat dan tidak jatuh sakit, hal itu karena kami melakukan pembagian shift dengan disiplin, kami tidak akan memaksakan tenaga medis kami bekerja overtime diluar batas daya tahan tubuhnya. Kami juga memastikan bahwa tenaga medis kami mendapatkan asupan makanan dan minuman yang cukup sehingga cukup energi untuk melaksanakan tugas yang mulia ini. Kami juga selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan kesejahteraan yang layak kepada tenaga medis kami agar mereka dapat fokus dalam menangani pasien dan tidak terbebani dengan masalah diluar tugas pokoknya. Kami juga semaksimal mungkin menyediakan APD yang berkualitas dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Jangan sampai ada tenaga medis kami yang bekerja tanpa APD yang standar yang dapat membahayakan jiwa mereka", dokter Andi melanjutkan menerangkan.
"Dokter Reni, adakah yang ingin ditanyakan lagi" tanya dokter Andi. "Tidak, terimakasih sekali dokter, infonya sudah cukup jelas dan insyaalah akan menambah wawasan saya" jawabku dengan sopan. Karena sedang berbicara dengan kepala rumah sakit, maka aku berbicara dengan sedikit menunduk untuk menunjukkan rasa hormat. Jadi sejujurnya aku tidak begitu jelas memperhatikannya. Lagipula dengan meeting secara daring dengan aplikasi Zoom ini wajahnya kurang begitu jelas bagi saya. Aku teralu serius mencatat semua diskusi ini di Notebook saya sehingga tidak begitu memperhatikan wajah dokter Andi yang tersenyum ketika berbicara dengan saya.
"Dokter Reni, kalau begitu saya yang ingin bertanya kepada Anda, apakah dokter tidak mengenali saya. Adik saya Amalia sangat mengagumi profesi dan kecantikan anda, Ia melihat foto seorang dokter sedang merangkul adiknya Ima yang menjadi teman baik adik saya" tanya dokter Andi tiba-tiba mengagetkanku. Aku seperti ragu, apakah dokter Andi ini adalah Mas Andi teman saya sewaktu SMA dulu, soalnya sekarang wajahnya banyak berubah. Dahulu badannya gemuk dan berkulit sawo matang namun saat ini dokter Andi dihadapan saya badanya tegap dan berkulit putih bersih. Untuk menyakinkannya saya harus bertanya. "Maaf sebelumnya, apakah dokter ini nama lengkapnya adalah Andi Pratama yang dulu pernah bersekolah di SMA 1 Depok" tanyaku sedikit ragu.
"Iya, aku Andi Pratama, yang kemarin melamarmu, masak kamu lupa dengan aku sih" jawab dokter Andi tertawa dan geli melihatku sedikit kebingungan. "Maafkan saya dokter, eh, Mas Andi, soalnya kita sudah lama tidak berjumpa" jawabku tersipu malu. "Ciye-ciye, jadi jawabannya apa nih, kalau aku sih Yes" mbak Dina menggodaku. "Dokter Andi, tahu tidak, dik Reny ini sering lho bercerita tentang Bapak, tentang masa-masa indah sewaktu di SMA dulu" lanjut dokter Dina menggoda dokter Andi. "Apa sih, aku kan jadi malu" jawab dokter Andi tersipu malu. Maklum, meskipun dokter Andi sudah menjadi kepala rumah sakit, namun usianya terhitung masih muda. Sehingga masih mudah terbawa suasana. "Oke, diskusi hari ini saya anggap cukup, dokter Roy dan dokter Ayu bisa melanjutkan tugas dan kepada dokter Reny dan dokter Dina terimakasih sekali sudah meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan kami dan semoga kita bisa bertemu lagi dalam waktu dan kesempaatn yang lebih baik" kata dokter Andi menutup diskusi dengan tegas dan lugas. "Baik dokter Andi, dokter Rio dan dokter Ayu, selamat bertugas, semoga kita bisa bertemu kembali, See you." jawabku.
Bersambung
Bersambung
0 Komentar