Aku adalah seorang gadis yang ceria. Aku bekerja sebagai dokter di Kota Bandung. Usiaku masih muda. Sekitar 23 tahun. Hari ini Aku sedang duduk melamun di rumah dinasnku. "Hey, Reni, baru mikiran apa sih, kelihatannya sedih benar?" tanya dokter Dina, sahabatnya, "Iya ini mbak Dina, aku sedang sedih, kelihatannya tahun ini aku tidak bisa mudik deh, soalnya sekarang kan baru ada wabah penyakit, jadi kemungkinan besar dilarang pulang" jawabku."Oh, itu yang membuat hatimu sedih, memang kenapa sih, kamu sedih banget?" tanya dokter Dina lagi. "Aku kan sudah kangen banget sama kedua orangtuaku, dan kabarnya Mas Andi mau ta'aruf dan mengkhitbahku" jawabku menjelaskan. "Oh, Mas Andi ya" jawab dokter Dina menggodaku. "Apa sih" jawabku sedikit cemberut dan pura-pura marah. "Biar kamu tidak sedih, aku kasih saran ya, tulislah surat buat kedua orangtuamu, sampaikan apa yang terjadi supaya mereka tidak khawatir dan sedih" saran dokter Dina. "Terimakasih ya mbak Dina atas sarannya, kamu memang sahabatku yang terbaik" jawabku lega. Aku gembira dan tersenyum setelah mendapatkan solusi atas permasalahanku. "Sama-sama Adiku Reny yang cantik" jawab dokter Dina. Dokter Dina memang sudah seperti kakakku sendiri. Dia lebih tua dariku. Kami berselisih umur 2 tahun. "Memang siapa sih Mas Andi itu, apa pekerjaannya?" tanya dokter Dina penasaran "Mas Andi adalah temanku waktu SMA dulu dan Ia sering main kerumahku di kampung dulu, sekarang kabarnya ia juga bekerja sebagai dokter, sama seperti kita" jawabku menjelaskan. "Ciye-ciye, yang mau dapat jodoh seorang dokter" goda dokter Dina. "Ah, jangan di goda dong mbak, Aku kan jadi malu" jawabku tersipu-sipu.
Bersambung
0 Komentar