Surat Dokter Reni Buat Orang Tua di Kampung (Bagian 6)



"Aduh, hari ini rasanya capek sekali" batinku. Namun entah kenapa aku dari tadi senyum-senyum sendiri. Sejak ketemu Mas Andi, waalaupun hanya lewat maya, aku rasanya senang sekali. Aku tadi sempat bertukar nomor wa dengannya. "Ah, andai saja dia ngajak VC aku, tentu rasanya bahagia banget" aku berhayal. Tiba-tiba handphoneku berdering. Suprise. Ternyata Mas Andi ngajak aku Video Call lewat WA. "Halo Assalamualaikum, dik Reny, apa kabar" sapanya. "Walaikumsalam, Alhamdulilah, kabar baik mas" jawabku. "Ada apa Mas Andi meneleponku" tanyaku penasaran. "Oh ya, maaf mengganggu, ada yang ingin aku sampaikan ke kamu" jawabnya. "Ada apa mas emangnya, bikin penasaran saja" jawabku sedikit manja. "Tentunya kamu sudah tahu kan, kalau minggu kemarin orangtuaku datang melamarmu. Saya sudah dengar jawabannya dari kedua orang tuamu. Tapi aku ingin memastikan saja, apakah kamu serius mau menerima lamaranku" tanyanya agak khawatir. "Jawab tidak ya" jawabku mengoda Mas Andi. ""Harus dijawab dong, sudah penasaran ini? katanya. "Jujur mas, aku memang sudah menyerahkan keputusan kepada Bapak dan Ibu di kampung, akan tetapi sejujurnya aku juga suka sama Mas Andi, jadi aku menerima lamaran darimu." jawabku serius. "Oh, gitu ya, sebenarnya apa yang membuat kamu tertarik kepadaku kalau boleh tau" tanya Mas Andi. "Mas itu ganteng , badanya tegap, baik hati dan tidak sombong, sudah mapan lagi. semua kriteria calon suami idaman ada pada Mas Andi semua" jawabku menyanjungnya. "Biar semakin pede dia" batinku. "Ah, dik Reni, kamu membuatku serasa terbang ke awang-awang" jawab Mas Andi Ge ER. "Kalau Mas Andi, apa yang membuat tertarik kepadaku" tanyaku balik. "Kamu itu orangnya ramah, ceria, pandai bergaul, pintar lagi, pasti deh aku sangat bahagia banget jika bisa mendapatkan kamu" jawab Mas Andi. "Terimakasih Mas, aku sungguh tak menyangka sampai segitunya pendapat mas tentang aku" jawabku sedikit baper.

Selesai

Posting Komentar

0 Komentar