Vina, Gadis Cantik Penjual Masker Kain (Bagian 7)


Rumahku sebenarnya dekat dengan rumah Vina. Hanya berjarak sekitar 7 kilometer. Kalau naik mobil hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 15 menit saja. Kami berjalan pelan menelusuri jalanan yang sepi karena sedang ada pandemi. Tidak berapa lama kemudian sampailah kami di rumah ayah dan ibuku. Kebetulan Bapak dan Ibu sedang duduk santai di teras rumah. "Assalamualaikum" aku memberi salam. "Walaikumsalam" jawab Bapak dan Ibu berbarengan. "Ini siapa" tanya Ibu kepada Vina. "Saya Vina Bu" jawab Vina dengan sopan. "Oh ya mari silahkan duduk, Ibu buatin minum dulu yah" kata Ibu sambil masuk kedalam rumah. "Ah, jangan repot-repot Ibu" jawab Vina. "Tidak apa-apa, tidak merepotkan kok" kata Ibuku lagi.

"Nak Vina, sini duduk" kata Bapak mempersilahkan Vina untuk duduk. "Maaf Bapak boleh bertanya tidak" tanya Bapak. "Boleh Bapak, apa yang mau ditanyakan?" jawab Vina dengan lemah lembut. "Saya dengar kamu berjualan masker kain ya, apa kamu tidak kuliah Nak Vina?" tanya Bapak. Aku agak terkejut. Aku takut Vina tersinggung dengan pertanyaan Bapak. "Saya kuliah Bapak, di jurusan Teknik Informatika, cuma karena saat ini sedang ada pandemi Corona, belajarnya dari rumah" jawab Vina dengan tenang. "Wah, hebat kamu, sudah semester berapa?" tanya Bapak lagi. "Sudah mau lulus Bapak, tinggal menyelesaikan skripsi saja". Aku sendiri terkejut dengan fakta bahwa Vina kuliah dan hampir lulus aku semakin mantap memilih Vina jadi calon istriku.

"Wah, benar-benar calon mantu idaman" kata Ibu. "Fahri jaga baik-baik Vina, jangan sampai lepas, kamu beruntung abnget jika bisa mendapatkan Vina" kata Ibu memberi semangat kepadaku. "Benar nih Bu, apa Bapak dan Ibu mau melamarkan Vina untukku?" tanyaku. "Bisa, bahkan kalau bisa secepatnya" jawab Bapak. "Nak Vina, tolong bilang orangtuamu, kapan bisa menerima tamu dari keluarga besar kami, Bapak mau melamarmu untuk Fahri" kata Bapak dengan serius. "Beneran ini Bapak, nanti akan saya sampaikan kabar gembira ini untuk Bapak dan Ibuk di rumah" Jawab Vina. "Beneran Nak Vina, saya sudah tidak sabar menggendong cucu" jawab Ibuku. "Sampaikan ya salam hormat kami untuk orangtuamu" kata Bapak kepada Vina. "Ya Bapak, Insyaalah" Jawab Vina dengan sopan.

Beberapa minggu kemudia keluarga besarku benar-benar berkunjung ke rumah Vina untuk bersilaturahmi dan melamar Vina. Saya, Vina dan orangtua kami berdua bahagia sekali. Untuk akad nikah dan resepsi akan diselenggarakan saat wabah pandemi covid-19 berakhir.

Selesai

Posting Komentar

0 Komentar