Cinta Bersemi Di Tenda Isolasi (Bagian 4)


Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Aku memperhatikan Sari. Wajahnya kelihatan agak sedih. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya bersusah hati. "Sari, kalau aku perhatikan, kamu sepertinya sedang sedih, ada apa, kamu bisa cerita ke aku, siapa tahu bisa meringankan bebanmu dan sukur-sukur aku bisa memberikan solusinya?" tanyaku pada Sari. "Kelihatan ya Mas kalau aku sedang sedih. Begini ceritanya, sebenarnya aku sedang memikirkan nasib keluarga kami. Seperti yang kamu tahu ya Mas ya, kedua orangtuaku kan petani, meskipun sawahnya luas tapi karena bapak sekarang mulai sering sakit dan kecapekan, sawah sudah agak lama terbengkalai. Itu kamu bisa lihat kan Mas, sawah yang di dekat bendungan" Kata Sari sambil menunjuk sawah di dekat bendungan sungai. Memang di dekat bendungan ada sawah yang luas namun kosong tidak ditanami, hanya rumput liar yang tumbuh dengan subur. "Selama ini aku meskipun sedikit adalah rizki untuk mengirim uang buat Bapak Ibuku dan bisa untuk menyambung hidup. Namun tahu sendiri, sejak ada virus Corona ini aku dirumahkan, bahkan kalau apes bisa berhenti kerja. Aku benar-benar bingung memikirkan masa depanku Mas" lanjut Sari lagi mencurahkan cerita beban hidupnya. 

Aku berpikir sebentar. "Oh begitu ya, sebenarnya nasibku sama. aku juga dirumahkan. Mungkin juga diberhentikan dari pekerjaan. Tapi aku punya solusi yang mungkin bisa menjadi jalan pemecahan untuk masalah kita berdua" kataku optimis. "Apa tu mas, aku jadi penasaran ini" tanya Sari Antusias. "Aku kan punya background sarjana pertanian, sebenarnya ku bisa saja lho mengolah sawah milik orangtuamu dengan ilmu yang aku punya" kataku. "Detailnya bagaimana?" tanya Sari tertarik mendengarkan solusiku. "Nah, kebetulan aku kan suka dan mempunyai hobi bertanam hidroponik dan juga grafting bibit buah. Bagaimana kalau sawah ayahmu kita yang mengerjakan. Separo kita tanami sayur-sayuran yang cepat panen dengan teknik hidroponik untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, separo lagi kita kembangkan untuk berbisnis bibit buah-buahan. Untuk bibit buah-buahan memang butuh waktu lebih lama untuk memulai menghasilkan, tapi aku tahu kok ilmunya, insyaallah sukses deh" kataku meyakinkan Sari. 

"Wah, aku sangat tertarik dengan idemu mas, terus kapan bisa kita mulai" tanya sari antusias. "Sebenarnya minggu ini bisa kita mulai, cuma aku ada masalah, pertama orangtuamu harus memberi ijin kita mengolah sawahnya, dan yang kedua jujur saja aku tidak punya modal untuk memulai" kataku menjawab pertanyaan Sari. "Oh, begitu toh masalahnya, tenang saja mas kalau cuma itu mah, nanti aku coba diskusikan dengan kedua orangytuaku ya" jawab sari menenangkanku. "Siap tuan putri, jangan lupa tanyakan apakah aku bisa menjadi mantunya" kataku menggoda Sari. "Ah, kamu bisaan saja Mas" jawab Sari tersipu malu.

Bersambung


Posting Komentar

0 Komentar